Senin, 06 Juni 2016


seharusnya gender?
(pemaknaan otodidak)
Sebelumnya mari kita coba merenungi sejenak apa itu hakekat gender sebetulnya? bagaimana kita memaknai antara kesetaraan gender atau ketimpangan gender? dan betulkah gender memposisikan sebagai hanya pro golongan feminis tanpa mementingkan golongan maskulin ataupun sebaliknya?
Sejauh mana sebetulnya emansipasi diterapkan? Dalam realita kehidupan sering kita sendiri melihat kata gender sebagai penyelamat maupun penguat bagi kaum wanita yang menuntut untuk mendapatkan hak tampa mengkondisikan seberapa besar kita memberikan sebuah kewajiban terhadap suatu permasalahan sehingga muncul istilah “lady first” yang istilah itu barang tentu mengatakan bahwa wanita itu segalanya,segalanya tentang kebutuhan maupun hak selalu harus diutamakan yang tentu hal tersebut menyudutkan golongan pria yang dimana secara kondrat mayoritas tentu kontra terhadap gender terhadap istilah “lady first” maupun emansipasi yang notabene dianggap sebagai propaganda menguatkankan posisi wanita dalam mendapat hak dengan pemahaman yang salah.

Pada prinsipnya gender merupakan bentuk kelamin sosial dimana peran gender bukan hanya milik kaum wanita maupun kaum pria. Tapi selama ini gender selalu dipandang oleh masyarakat sebagai bentuk kelamin seks sehingga kepahaman selalu diinisialkan pada feminitas tentunya.sejatinya gender atau emansipasi memberi hak maupun kewajiban baik dari golongan feminim maupun maskulin yang tentunya seharusnya mereka memposisikan mereka tersebut sederajat namun bukan satu tingkat maksudnya segala apa permasalahan antar kedua belah pihak punya andil dalam menyampaikan pendapat, saling memberi masukan, bebas berkepentingan pula untuk memperoleh suatu tujuan sesuai dengan apa yang para pria lakukan namun ada batasan tentunya yang tidak menjamin kaum feminim dalam memahami persamaan gender dimana disaat perempuan punya kepentingan yang sama dengan apa yang dilakukan pria seperti halnya dengan wanita karier yang bekerja dalam ruang lingkup perkantoran.Barang tentu,hal itu pula juga lebih pada banyak yang dikorbankan seperti halnya kebutuhan akan mengurus seorang anak yang kehilangan kelembutan seorang ibunya maupun segala kebutuhan rumah tangga lainnya kasus serupa jika perempuan menjadi imam jama’ah yang juga ada kaum adam yang dimana wanita punya waktu untuk datang bulan yang sewaktu-waktu bisa terjadi apalagi saat beribadah.

Lantas apa yang kita lakukan sebagai bagian dari pelaku gender?maka jadilah pelaku gender yang menghargai dari suatu persamaan maupun batasan yang dimana bukan lagi memikirkan egoisitas masing-masing harus kaum feminim saja maupun kaum maskulin semata. Jadilah pelaku gender yang toleran tanpa memandang kelamin,suku,ras agama,maupun golongan tapi pikirkan bagaimana untuk memperoleh suatu tujuan tanpa adanya diskriminasi tapi adakalanya perlu ada batasan jika hal tersebut sesuai dengan nilai maupun aturan berlaku dan paling penting menjadi pelaku gender yang memperhitungkan keadilan bukan diskriminan.

Jadilah gender kontektual bukan hanya tekstual
Jadilah gender toleran bukan radikal
Jadilah gender berkeadilan bukan diskriminan
Wallahu muafiq ila aqwamith thoriq
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

‪#‎rifqi_hubaib‬(berlefleksi_gender) 07/06/16