Kamis, 03 November 2016

Hasil gambar untuk kopri pmii

Koreksi Gender dan PMII eksakta kekinian

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Gender,,? Apa yang akan kita bayangkan saat kata-kata gender terus-menerus ada dalam fikiran kita termasuk juga sanubari hati yang para jejaka maupun ciwi-ciwi aktivis. Mungkin ketika ditanya tentang permasalahan gender tidak mungkin mau mengalah begitu saja ataupun pemikiran yang membuat saling penguatan atas bibit,bobot,bebetnya dari aktivis adam dan aktivis hawa segitu sepertinya. Lalu apa para yang menjadi tindakan yang harus dan bisa menjadi patokan atas pluralisme keanekaragaman gender disekitar kita termasuk dalm lingkup eksak.

Gender sebuah anggapan yang di terima sebagian besar masyarakat menyebut dengan bentuk penggolongan jantan betina, kromosom x kromosom y, cowok cewek, wilayah sensitif kelamin, dan terusinlah pokoknya yang berbau si ganteng dan si cantik. Namun apakah yang menjadi titik temu antara gender dengan seks,,? Apakah seks itu tentang perkelaminan dan gender itu semua bisa jadi cowok dan semua bisa jadi cewek kayaknya seperti itu (berarti gender kayak spesies hemaprodit punya dua kelamin dan bisa gonti-ganti jadi kelamin apa yang diinginkan). Kemudian apakah semudah itu mengatakan gender dan seks masihkah ada persektif tentang gender.

Kembali membahas tentang gender, lagi-lagi gender mnjadi perdebatan pendapat mengenai pemaknaan gender. Akankah gender sebuah pembicaraan tengan emansipasi wanita yang cetuskan sang srikandi bangsa ibu kita R.A KARTINI, atau seperti gerakan wanita lasmi pada era G30 PKI yang merebutkan hak-hak para buyut-buyut wanita kita terhadap segala penindasannya, atau gerakan kaum sosialita yang katanya kekinian dengan barang pribadi atas kemewahannya. Lantas, bagaimana dengan memaknai gender apakah ketimpangan gender ataukah kesetaraan gender,,? Kemudian akankah, posisi gender sebagai pro golongan feminis ataukah mementingkan golongan maskulin ataukan sebagai penyetara atas keduanya,,?

Secara simple prinsip gender merupakan suatu bentuk kelamin sosial dimana peran gender bukan sebagai pembatas antara sisi cowok dan cewek. Namun, selama ini gender selalu di pandang oleh  masyarakat sebagai perwujudan istilah biologis (seksualitas) sehingga, gender terlihat pembelaan atas eksitensi gerakan wanita atau gerakan perintis pembebasan. Dari situ, sebagai bentuk kesetaraan gender memberikan hak serta kewajiban sebagai pribadi diri gender yang adil dan beradab yang seharusnya dapat memposisikan diri sebagai sederajat namun belum tentu satu tingkat yang sama ketika terjadi suatu permasalahan.

Lantas, apa yang menjadi reaksi kita demi terciptanya pribadi peka gender,,? Apa hanya resapan dan renungan semata dan kemudian hilang tanpa pesan dan tindakan atas kepahaman gender. Maka, perlu adanya penerapan studi kasus kesepahaman mengenai tindakan keetaraan gender. Contoh kasus sederhana semisal ketika kita sholat atau ritual beragama selalu para pria menjadi imam atau sebagai arti pimpinan karna memang, secara fiqh syarat menjadi imam di masjid pria yang diutamakan selama masih ada pria didalamnya. Kemudian, dari pihak wanita pun memiliki beberapa yang secara syari’at ada beberapa hal yang dimana wanita tidak diperbolehkan atas sebab tertentu untuk sholat atau dianjurkan melakukan udzur. Selanjutnya, dari sisi kehati-hatian para ulama’ untuk jangan sampai untuk menimbulkan syahwat yang dapat mengganggu kekhusu’an sholat jika, situasi yang menjadi imam atau yang berada di syaf depan wanita. Begitulah, cara pandang gender yang jangan hanya sebagai tektualitas yang menjadi konsumsi mentah namun cara pandang yang harus berkonstektualitas untuk memahami konteks esensi yang di berikan.

Setelah itu,dengan aktivis eksakta,,bagaimana hubungan antara para mujahid di lingkup eksakta. Eksakta yang di inisialkan sebagai bagian dari lingkup pelajar ataupun mahasiswa yang mempunyai kedisplinan tinggi tentang kajian ilmu yang fakultatif saintis. Eksak merupakan kajian ilmu yang pemahaman ke sumber laboratorium, bilangan, bidang ilmu empirisme bahkan,sulit rasanya memilih dan memilah bagaimana hal sosial di terima dalam lingkup fakultatif. Masih relevankah ketika membicarakan sikap organisatoris dan saintis apalagi membahas tentang gender,kontruksi sosial, kesepahaman kolerasi gender dalam memahami di lingkup gender,,? Apa ini malah justru menjadi penyebab skeptisme dalam sublimasi sosial dan eksakta,?

Apa itu skeptisme,,? Skeptisme adalah kondisi dan situasi deskriminasi bagian dalam berorganisasi baik secara verbal maupun tindakan. Hal ini tentu sangat berhubungan dengan gender eksakta berorganisasi. Permasalahan mulai dari lingkup yang seakan sebuah pilihan antara akademik dengan rasa kedisplinan yang tinggi dimili oleh akademisi atau jiwa para aktivis yang memiliki penunjang kajian politik, sosial,kognisi, leadership dst. Lalu, lagi-lagi membahas tentang skeptisme gender antar sesama bagian komponen, pria dengan yang wanita, vokal sama yang pendiam,aktif atau yang sedikit pasif dsb, harusnya memperoleh hak-hak sama dalam menyampaikan pendapat,terutama dalam bantang bintang tubuh PMII. Inilah menjadi pertanyaan besar dan PR yang harusnya di jadikan proses penyelesaian menciptakan kondisi organisasi tanpa skeptis seperti apa,,?

Sekarang, PMII masihkah merenungi hal sedetail tersebut mengenai gender apalagi bukanlah hanya sebuah kelamin semata. Namun, harus dinilai konstruksi sosial yang diselaraskan dengan pengembangan skill dan penberdayagunaan sumber-sumber citradiri berPMII yang ideal. Dengan hadirnya permasalahan ini, seharusnya membuat formulasi ulang tentang sistem kaderisasi kekinian tanpa mengesampingkan gender yang bukan sekedar mencari stickholders namun menumbuhkan jiwa realisasi aktivis PMII berulul albab atas segenap organ-organ dalam garis struktural maupun kultural sehingga terbentuknya aktivis eksakta kekinian.

Apakah dengan kemajuan zaman serta berPMII yang arah gerakan seakan abstraks terlihat adanya patkriatisme selalu menghantui dalam diri  PMII dengan melihat kondisi kader pria lebih aktif di bandingkan kader wanita. sebelumnya apa patkriatisme,,? Patkriatisme adalah kondisi dimana dalam berorganisasi yang selalu menjadi keunggulan dari kaum pria. Dengan kondisi semacam hal ini, bagaimana posisi KOPRI yang membawahi secara mulai rayon sampai PB struktural kepengurusan PMII yang melayani kader putri yang seharusnya mendapat persamaan persepsi menyuarakan aspirasi serta eksitensi diri sahabati dalam nuansa berbasis keputrian.

Terakhir, jadilah pribadi PMII yang bukan hanya mengenal sebuah tektualitas namun pahami kontektualitas, jadilah gender yang bukan hanya eksistensi namun pahami esensi, jadilah gender bukan hanya secara radikal namun pahami secara plural, dan jadikan gender sebagai tindakan untuk kontribusi bukan untuk ajang mengadili,menghakimi,ataupun berkonspirasi.

Wallahu muafiq ila aqwamith thoriq
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar